Minggu, 09 September 2018

Prediksi Pelemahan Rupiah Akan Berlanjut Hingga Akhir Tahun

Kabar Berita Terkini -  Trend pelemahan rupiah diperkirakan masih tetap selalu berlanjut sampai terakhir tahun kelak. Hal itu dipicu karena ada gagasan kenaikan suku bunga referensi Amerika Serikat (AS) atau The Fed Rate seputar 25 basis point.

Prediksi Pelemahan Rupiah Akan Berlanjut Hingga Akhir Tahun
Prediksi Pelemahan Rupiah Akan Berlanjut Hingga Akhir Tahun
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) , Bima Yudhistira menjelaskan, tanda-tanda lainnya yang mengakibatkan rupiah selalu melemah yaitu karena kenaikan referensi The Fed yang naik berbalikan dengan yield obligasi AS tenor 10 tahun turun jadi 2, 88 % per 6 September 2018. 

Perkiraan ini, kata Bima sama dengan teori Inverted Yield Curves, dimana yield surat utang AS periode panjang alami penurunan sedang yield periode pendek naik. " Berarti, harapan investor dalam periode pendek cemas ada market crash, serta lebih pilih beli surat utang yang bertenor periode panjang. Inverted Yield Curves jadi tanda pra-krisis global semenjak tahun 1970-an, " papar Bima di Jakarta, Minggu (9/9/2018) .

Bima menyebutkan, keadaan ini malah berlainan dari dalam negeri, dimana berbanding terbalik dengan yield obligasi AS tenor 10 tahun. Yield SBN 10 tahun selalu alami kenaikan jadi 8, 69 %. Yield yang naik di Negara berkembang itu mencerminkan tingkat resiko berinvestasi makin besar, ditambah lagi Indonesia masuk ke fragile five atau 5 negara sangat rawan terkena krisis.

" Konsekuensinya aktor pasar masih tetap meneruskan flight to quality, berpindah ke asset yang lebih aman diantaranya greenback (dolar) . Tanda USD index ada pada level 95, 3 atau naik 3, 5 % semenjak awal tahun 2018. Kenaikan indeks dolar menjadi tanda-tanda trend super dolar akan berlanjut sampai akhir tahun, " papar Bima.

Selain itu, di lain sisi ancaman perang dagang kembali memanas sesudah Trump kembali meneror kenaikan tarif sejumlah USD 267 miliar barang asal China. Dampak berlanjutnya perang dagang itu, punya pengaruh berarti pada penurunan kapasitas neraca perdagangan Indonesia.

" Sampai Juli 2018, neraca perdagangan Indonesia alami defisit sampai USD 3 miliar, " paparnya.

Sentimen cadangan devisa juga punya pengaruh pada tingkah laku pasar. Cadangan devisa per Agustus 2018 anjlok ke USD 117, 9 miliar, paling rendah semenjak Januari 2017. Penurunan cadangan devisa dikarenakan oleh intervensi Bank Indonesia untuk stabilisasi nilai ganti rupiah.

" Gejolak rupiah yang alami eskalasi kuras cadangan devisa dengan berkelanjutan. Butuh dicatat cadangan devisa di banding PDB Indonesia cuma 14 % jauh dibawah Negara peers, Filipina 26 % serta Thailand 58 %, " ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar