Senin, 17 September 2018

Alti Firmansyah Komikus Indonesia yang Mendunia

Kabar Berita Terkini - Arena tahunan Comic Con International tahun ini mendatangkan figur komikus Indonesia, Alti Firmansyah, yang ada untuk ikuti pameran serta acara penandatanganan komik " Goliath Girls, " yang disebut kolaborasinya dengan penulis asal AS, Sam Humphries.
Alti Firmansyah Komikus Indonesia yang Mendunia
Keragaman etnis serta gender benar-benar berasa di arena tahunan Comic Con International 2018 yang disebut pameran komik serta hiburan multimedia yang barusan diadakan di kota San Diego, California, di mana beberapa komikus serta artis yang ada mempunyai latar belakang yang berlainan.

Diantaranya, Alti Firmansyah, wanita Indonesia yang profesinya menjadi seseorang Line Artist yang bekerja membuat sketsa untuk komik daring atau online di Amerika yang berjudul Goliath Girls.

Komik yang launching oleh perusahaan Comixology ini adalah hasil kolaborasinya dengan penulis asal Amerika Serikat, Sam Humphries. Ini adalah kerjasama mereka yang ke-2, sebelumnya setelah ia serta Sam mengerjakan komik produksi Marvel yang berjudul “Star Lord & Kitty Pryde. ” Comixology sendiri ialah anak perusahaan dari Amazon, toko berbelanja daring yang berpusat di AS.

Alti yang tinggal di Jakarta, spesial diundang ke arena Comic Con ini untuk isi acara di stan Comixology. Biasa berkarya dari jarak jauh, ini ialah kali pertamanya Alti dapat bertatap muka langsung dengan beberapa pengagum komik Goliath Girls, yang menurut dia begitu bermacam.

“Ini super amazing. Menjadi ini pertama-tama juga saya ada di SDCC (San Diego Comic Con) . Saya amaze dengan variety tamu-tamunya, terpenting saya disini lakukan signing. Orang hadir ke saya dari usia yang muda, sampai ke yang lanjut usia ada begitu. Semua race ada juga, menjadi amazing, ” tutur Alti Firmansyah dengan senang pada VOA baru saja ini.

Beberapa pengunjung juga tidak menduga jika Alti datang dari Indonesia. Banyak yang menduga jika ia ialah masyarakat lokal AS.

“Saya tidak paham dia datang dari Indonesia. Menurut saya sangat bagus dia dapat hadir kesini serta pasarkan komiknya, ” kata seseorang pengunjung bernama Anne.

Kepala pemasaran dari perusahaan Comixology, Ivan Salazar suka juga lihat artis berpotensi seperti Alti dapat masuk bersama dengan mereka di Comic Con kesempatan ini.

“Senang sekali dapat ada komikus berpotensi dari Indonesia yang dapat mengerjakan komik dengan kami serta ada di Comic Con, ” katanya.

Semenjak kecil, Alti memang suka menggambar, bahkan juga seringkali ikuti kejuaraan menggambar sewaktu SD sampai SMA. Lulus kuliah dari Fakultas Seni Rupa serta Design di Institut Tehnologi Bandung tahun 2005, Alti lalu terjun ke dunia periklanan, sampai pada akhirnya masuk dengan studio komik lokal di tahun 2012 untuk memahami dunia komik dengan profesional.

Sekarang, menjadi seseorang Line Artist, pekerjaan Alti ialah tuangkan naskah ke dalam gambar di panel komik.

“Biasanya berbentuk sketch serta thumbnail, lalu demikian layout panelnya di-approve oleh writer serta editor, layout itu lalu di tinta serta dirapikan. Proses kedua-duanya ini dapat manual ataupun digital. Tetapi dalam hal seperti ini, saya semakin banyak kerja dengan digital, ” tutur lulusan tahun 2005 ini.

Pada tahun 2014 waktu Alti masih tetap bekerja dengan salah satunya studio komik di Indonesia, ia ikuti acara Comic Con lokal serta berjumpa dengan pencari talenta dari perusahaan Marvel yang tengah ada di Indonesia.

“Alhamdulillah kepilih diantaranya saya. Nah, dari sana bisa project, masih tetap lanjut sampai saat ini, Alhamdulillah, ” narasi wanita yang hoby olah raga serta menggambar ini.

Dibawah naungan Marvel, Alti ikut juga ikut serta dalam penggarapan komik “X-Men ’92, ” “The Unbelievable Gwenpool, ” “Thor VS Hulk, ” serta serial komik “Marvel Rising. ” Bekerjasama dengan komikus yang tinggal di benua yang berlainan bukan permasalahan buat Alti. Ketidaksamaan waktu bisa terselesaikan dengan baik. Komunikasi juga dikerjakan lewat e-mail.

“Dari cocok awal saya kerja sama sama Sam sebetulnya tidak ada permasalahan sama komunikasi, ” tutur wanita kelahiran tahun 1983 ini.

“Misalnya dia balas jam 12 malam, saya masih tetap bangun. Terkecuali dia balas jam 3 pagi, baru mungkin saya bangunnya jam 9-10 pagi begitu, ” imbuhnya.

Salah satunya rintangan yang ia hadapi menjadi komikus ialah saat ia mesti tuangkan narasi yang susah dari sang penulis, ke dalam gambar.

“Tapi terkadang writer atau editor senang menyiapkan link atau rujukan gambar yang kira-kira susah diketemukan atau image spesifik yang mereka maksudkan, ” jelas alumni SMUN 6 angkatan 2001 ini.

Pada rekan-rekan yang ingin terjun ke dunia komik seperti dianya, Alti berpesan untuk masih semangat dalam berlatih serta mencari rujukan, dan memerhatikan perilaku.

“Jaga komunikasi serta attitude dalam bekerja bersama, sebab dunia industry (komik) itu tidak kerja sendirian. Menjadi we’ll always work as a tim. Menjadi attitude yang perlu dijaga sebetulnya, ” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar